-->

Info Populer 2022

Tinjauan Teori Perkembangan Fisik Motorik

Tinjauan Teori Perkembangan Fisik Motorik
Tinjauan Teori Perkembangan Fisik Motorik
PEMBELAJARAN FISIK-MOTORIK ANAK USIA 3 – 6 TAHUN

Masa usia dini yaitu masa emas (golden age) dalam rentang perkembangan seorang individu. Pada masa ini, anak mengalami tumbuh kembang yang luar biasa, baik dari segi fisik-motorik, emosi, kognitif, maupun psikososial. Periode ini merupakan masa yang sangat mendasar bagi kehidupan, dimana pada masa ini proses perkembangan berjalan dengan pesat, terutama yang paling menonjol yaitu perkembangan aspek fisik-motoriknya.
Tinjauan Teori Perkembangan Fisik Motorik
Fisik atau tubuh insan merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode prenatal (dalam kandungan). Kuhlen dan Thompson (dalam Yusuf, 2002), mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu mencakup 4 (empat) aspek, yaitu (1) sistem syaraf yang sangat menghipnotis perkembangan kecerdasan emosi; (2) otot-otot yang menghipnotis perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik; (3) kelenjar endokrin, yang menjadikan munculnya pola-pola tingkah laris baru; dan (4) struktur fisik atau tubuh yang mencakup tinggi, berat, dan proporsi.

Menurut Suyanto (2005), perkembangan fisik ditujukan semoga tubuh anak tumbuh dengan baik sehingga sehat dan berpengaruh jasmaninya. Perkembangan fisik juga ditujukan untuk menyebarkan 5 (lima) aspek yang mencakup (1) kekuatan (strength); (2) ketahanan (endurance); (3) kecepatan (speed); (4) kecekatan (agility); dan (5) keseimbangan (balance). Dengan jasmani yang sehat, dibutuhkan anak bisa menyebarkan kelima aspek tersebut.

Perkembangan fisik sangat terkait erat dengan perkembangan motorik anak. Perkembangan motorik merupakan perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerakan tubuh yang erat kaitannya dengan perkembangan sentra motorik di otak. Hurlock (2000) menyampaikan bahwa perkembangan motorik yaitu perkembangan gerakan jasmaniah melalui aktivitas sentra syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Jadi, perkembangan motorik merupakan aktivitas yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik yaitu proses yang sejalan dengan bertambahnya usia secara sedikit demi sedikit dan berkesinambungan, dimana gerakan individu meningkat dari keadaan sederhana, tidak terorganisir, dan tidak terampil, ke arah penguasaan keterampilan motorik yang kompleks dan terorganisasi dengan baik.

Perkembangan motorik mencakup perkembangan otot-otot berangasan (gross muscle) atau motorik berangasan dan perkembangan otot-otot halus (fine muscle) atau motorik halus. Motorik berangasan yaitu gerakan tubuh yang memakai otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga, dan sebagainya.

Sedangkan motorik halus yaitu gerakan yang memakai otot-otot halus. Otot ini berfungsi untuk melaksanakan gerakan-gerakan, bagian-bagian tubuh yang ludang kecepeh spesifik, menyerupai menulis, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, dan sebagainya. Keterampilan motorik ini membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan. Kedua kemampuan motorik tersebut sangat penting dikembangkan semoga anak bisa berkembang dengan optimal.

Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak dan kematangan syaraf. Otaklah yang mengendalikan setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot, memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak.

Pada ketika anak lahir hanya mempunyai otak seberat 2,5 % dari berat otak orang dewasa. Syaraf-syaraf yang ada di susunan syaraf sentra belum berkembang dan berfungsi sesuai perkembangannya. Sejalan dengan perkembangan fisik dan usia anak, syaraf-syaraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik mengalami proses neurological maturation. Syaraf-syaraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik mencapai kematangannya dan menstimulasi aneka macam aktivitas motorik yang dilakukan anak secara luas. Otot besar yang mengontrol gerakan motorik berangasan menyerupai berjalan, berlari, melompat dan berlutut, berkembang ludang kecepeh cepat apabila dibandingkan dengan otot halus yang mengontrol aktivitas motorik halus, diantaranya memakai jari-jari tangan untuk menyusun puzzle, memegang gunting, atau memegang pensil. Pada waktu bersamaan persepsi visual motorik anak ikut berkembang dengan pesat, menyerupai menuang air ke dalam gelas, menggambar, mewarnai dengan tidak keluar garis. Di usia 5 tahun anak telah mempunyai kemampuan motorik yang bersifat kompleks yaitu kemampuan untuk mengkombinasikan gerakan motorik dengan seimbang, menyerupai berlari sambil melompat, dan mengendarai sepeda.

Thelen (dalam Vasta, Haith & Miller, 1999), mengemukakan bahwa perkembangan keterampilan motorik anak merupakan hasil dari faktor bawaan (genetik) dan lingkungan. Meskipun berkembangnya keterampilan motorik ini melalui tahapan yang terang dan sanggup diprediksikan, namun faktor biologis (kematangan) sangat menghipnotis penguasaan anak terhadap kemampuan motorik tersebut. Demikian pula latihan dan pengalaman yang diperoleh anak dari lingkungan juga menghipnotis perkembangan keterampilan motorik anak. Bayi usia 10 bulan yang mendapat stimulasi ludang kecepeh banyak dalam berguru berjalan akan ludang kecepeh cepat menguasai keterampilan tersebut daripada bayi yang tidak mendapat stimulasi pada usia yang sama.

Penjelasan ludang kecepeh mendalam dan secara detail perihal sistematika penguasaan keterampilan motorik anak dijelaskan pula oleh Thelen dengan memakai pendekatan Dynamic System Theory (dalam Parke & Locke, 1999). Secara ludang kecepeh luas, Thelen menyatakan bahwa penguasaan keterampilan motorik sangat ditentukan oleh aneka macam macam faktor, yaitu faktor emosi, persepsi, perhatian, motivasi, postur dan anatomi tubuh. Menurutnya, seluruh komponen tersebut harus sudah “siap” (matang) sebelum anak berguru menguasai keterampilan gres (dalam Parke & Locke, 1999). Knorma dan sopan santun anak dimotivasi untuk melaksanakan sesuatu, mereka sanggup membuat kemampuan motorik yang baru. Kemampuan gres tersebut merupakan hasil dari banyak faktor, yaitu perkembangan sistem syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, impian anak yang memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung pemerolehan kemampuan motorik anak. Misalnya, anak akan mulai berjalan kalau sistem syarafnya sudah matang, proporsi kaki sudah cukup berpengaruh menopang tubuhnya, dan anak sendiri ingin berjalan untuk mengambil mainannya. Ini memperlihatkan bahwa interaksi dari aneka macam macam faktor tersebut menjadikan munculnya keterampilan motorik yang gres bagi anak.

Teori tersebut juga menjelaskan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melaksanakan sesuatu dan memakai persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan motorik merepresentasikan impian anak. Misalnya knorma dan sopan santun anak melihat mainan yang beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknya bahwa beliau ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melaksanakan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapat apa yang ditujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya.
 dalam rentang perkembangan seorang individu Tinjauan Teori Perkembangan Fisik Motorik

Knorma dan sopan santun anak bisa melaksanakan suatu gerakan motorik, maka anak akan termotivasi untuk bergerak kepada keterampilan motorik yang ludang kecepeh luas lagi. Aktifitas fisiologis meningkat dengan tajam. Anak seperti tidak mau berhenti melaksanakan aktifitas fisik, baik yang melibatkan motorik berangasan maupun motorik halus. Pada ketika mencapai kematangan untuk terlibat secara aktif dalam aktifitas fisik yang ditandai dengan kesiapan dan motivasi yang tinggi, dan seiring dengan hal tersebut, orangtua dan guru perlu memmemberikankan aneka macam kesempatan dan pengalaman yang sanggup meningkatkan keterampilan motorik anak secara optimal. Peluang-peluang ini tidak saja berbentuk membiarkan anak melaksanakan aktivitas fisik, akan tetapi perlu didukung juga dengan menyiapkan aneka macam akomodasi yang mempunyai kegunaan bagi perkembangan keterampilan motorik berangasan dan motorik halus tersebut. Tinjauan Teori Perkembangan Fisik Motorik
Advertisement

Iklan Sidebar