Karakteristik Peserta Didik - Peserta didik yaitu insan dengan segala fitrahnya. Mereka mempunyai perasaan dan pikiran serta harapan atau aspirasi. Mereka mempunyai kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi (pangan, sandang, papan), kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk mendapat pengakuan, dan kebutuhan untuk mengaktualisasi dirinya (menjadi dirinya sendiri sesuai dengan potensinya).
Di antara ketujuh macam kecerdasan ini sesuai dengan karakteristik keilmuan IPA akan sanggup berkembang pesat dan bila sanggup dimanfaatkan oleh guru IPA untuk memperlancar mengeksplorasi tanda-tanda alam, baik tanda-tanda kebendaan maupun tanda-tanda kejadian/peristiwa guna membangun konsep IPA.
Pemahaman terhadap apa yang dirasakan dan direspon, dan apa yang diyakini dan diapresiasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam teori pemerolehan bahasa kedua atau bahasa asing. Faktor eksklusif yang ludang kecepeh spesifik dalam tingkah laris akseptor didik yang sangat penting dalam penguasaan banyak sekali bahan pembelajaran, yang meliputi:
Dengan demikian, selain harus memperberat sebelahkan miskonsepsi yang dimiliki oleh setiap siswa sebelum mendapat pembelajaran, guru juga harus memperberat sebelahkan kebijaksanaan sehat formal yamg berbeda-beda yang dimilki oleh siswa. Hal ini sanggup dilaksanakan dengan baik bila informasi perihal kebijaksanaan sehat formal siswa sudah dimiliki oleh guru. Piaget menyatakan bahwa bawah umur dianggap siap mengmbangkan konsep khusus kalau memperoleh skemata yang diperlukan. Karakteristik Peserta Didik
Dalam tahap perkembangannya, akseptor didik Sekolah Menengah Pertama berada pada tahap periode perkembangan yang sangat pesat, dari segala aspek. Berikut ini disajikan perkembangan yang sangat dekat kaitannya dengan pembelajaran, yaitu perkembangan aspek kognitif, psikomotor, dan afektif
1. Perkembangan Aspek Kognitif
Menurut Piaget, periode yang dimulai pada usia 12 tahun, yaitu yang ludang kecepeh kurang sama dengan usia akseptor didik SMP, merupakan ‘period of formal operation’. Pada usia ini, yang berkembang pada akseptor didik yaitu kemampuan berfikir secara simbolis dan bisa memahami sesuatu secara berpengertian dan klarifikasi (meaningfully) tanpa memerlukan objek yang konkrit atau bahkan objek yang visual.
Menurut Piaget, periode yang dimulai pada usia 12 tahun, yaitu yang ludang kecepeh kurang sama dengan usia akseptor didik SMP, merupakan ‘period of formal operation’. Pada usia ini, yang berkembang pada akseptor didik yaitu kemampuan berfikir secara simbolis dan bisa memahami sesuatu secara berpengertian dan klarifikasi (meaningfully) tanpa memerlukan objek yang konkrit atau bahkan objek yang visual.
Peserta didik telah memahami hal-hal yang bersifat imajinatif. Implikasinya dalam pembelajaran IPA bahwa berguru akan berpengertian dan klarifikasi kalau input (materi pelajaran) sesuai dengan minat dan talenta akseptor didik . Pembelajaran IPA akan berhasil kalau penyusun silabus dan guru bisa menyesuaikan tingkat ketidak ringan dan sepelean dan variasi input dengan berharap serta karakteristik akseptor didik sehingga motivasi berguru mereka berada pada tingkat paling bagus. Pada tahap perkembangan ini juga berkembang ketujuh kecerdasan dalam Multiple Intelligences yang dikemukakan oleh Gardner (1993), yaitu:
- Kecerdasan linguistik (kemampuan berbahasa yang fungsional),
- Kecerdasan logis-matematis (kemampuan berfikir runtut),
- kecerdasan musikal (kemampuan menangkap dan membuat contoh nada dan irama),
- Kecerdasan spasial (kemampuan membentuk imaji mental perihal realitas),
- Kecerdasan kinestetik-ragawi (kemampuan menghasilkan gerakan motorik yang halus), Kecerdasan intra-pribadi (kemampuan untuk mengenal diri sendiri dan menyebarkan rasa jati diri),
- Kecerdasan antarpribadi (kemampuan memahami orang lain).
Di antara ketujuh macam kecerdasan ini sesuai dengan karakteristik keilmuan IPA akan sanggup berkembang pesat dan bila sanggup dimanfaatkan oleh guru IPA untuk memperlancar mengeksplorasi tanda-tanda alam, baik tanda-tanda kebendaan maupun tanda-tanda kejadian/peristiwa guna membangun konsep IPA.
2. Perkembangan Aspek Psikomotor
Aspek psikomotor merupakan salah satu aspek yang penting untuk diketahui oleh guru. Perkembangan aspek psikomotor juga melalui beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut antara lain
Aspek psikomotor merupakan salah satu aspek yang penting untuk diketahui oleh guru. Perkembangan aspek psikomotor juga melalui beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut antara lain
a. Tahap Kognitif
Tahap ini ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang kaku dan lambat. Ini terjadi alasannya yaitu akseptor didik masih dalam taraf berguru untuk mengendalikan gerakan-gerakannya. Dia harus berpikir sebelum melaksanakan suatu gerakan. Pada tahap ini akseptor didik sering membuat kesalahan dan kadang kala terjadi tingkat putus asa yang tinggi.
Tahap ini ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang kaku dan lambat. Ini terjadi alasannya yaitu akseptor didik masih dalam taraf berguru untuk mengendalikan gerakan-gerakannya. Dia harus berpikir sebelum melaksanakan suatu gerakan. Pada tahap ini akseptor didik sering membuat kesalahan dan kadang kala terjadi tingkat putus asa yang tinggi.
b. Tahap Asosiatif
Pada tahap ini, seorang akseptor didik membutuhkan waktu yang ludang kecepeh pendek untuk memikirkan perihal gerakan-gerakannya. Dia mulai sanggup mengasosiasikan gerakan yang sedang dipelajarinya dengan gerakan yang sudah dikenal. Tahap ini masih dalam tahap pertengahan dalam perkembangan psikomotor. Oleh alasannya yaitu itu, gerakan-gerakan pada tahap ini belum merupakan gerakan-gerakan yang sifatnya otomatis.
Pada tahap ini, seorang akseptor didik membutuhkan waktu yang ludang kecepeh pendek untuk memikirkan perihal gerakan-gerakannya. Dia mulai sanggup mengasosiasikan gerakan yang sedang dipelajarinya dengan gerakan yang sudah dikenal. Tahap ini masih dalam tahap pertengahan dalam perkembangan psikomotor. Oleh alasannya yaitu itu, gerakan-gerakan pada tahap ini belum merupakan gerakan-gerakan yang sifatnya otomatis.
Pada tahap ini, seorang akseptor didik masih memakai pikirannya untuk melaksanakan suatu gerakan tetapi waktu yang dibutuhkan untuk berpikir ludang kecepeh sedikit dibanding pada waktu ia berada pada tahap kognitif. Dan alasannya yaitu waktu yang dibutuhkan untuk berpikir ludang kecepeh pendek, gerakan-gerakannya sudah mulai tidak kaku.
c. Tahap Otonomi
Pada tahap ini, seorang akseptor didik telah mencapai tingkat autonomi yang tinggi. Proses belajarnya sudah hampir tidak ada yang kurang meskipun ia tetap sanggup memperbaiki gerakan-gerakan yang dipelajarinya. Tahap ini disebut tahap autonomi alasannya yaitu akseptor didik sudah tidak memerlukan kedatang an seorang guru untuk melaksanakan gerakan-gerakan. Pada tahap ini, gerakan-gerakan telah dilakukan secara impulsif dan oleh balasannya gerakan-gerakan yang dilakukan juga tidak mengharuskan pembelajar untuk memikirkan
3. Perkembangan Aspek Afektif
Keberhasilan proses pembelajaran IPA juga ditentukan oleh pemahaman perihal perkembangan aspek afektif akseptor didik . Ranah afektif tersebut meliputi emosi atau perasaan yang dimiliki oleh setiap akseptor didik. Bloom memmemberikankan definisi perihal ranah afektif yang terbagi atas lima tataran afektif yang implikasinya dalam akseptor didik Sekolah Menengah Pertama ludang kecepeh kurang sebagai memberikankut:
Pada tahap ini, seorang akseptor didik telah mencapai tingkat autonomi yang tinggi. Proses belajarnya sudah hampir tidak ada yang kurang meskipun ia tetap sanggup memperbaiki gerakan-gerakan yang dipelajarinya. Tahap ini disebut tahap autonomi alasannya yaitu akseptor didik sudah tidak memerlukan kedatang an seorang guru untuk melaksanakan gerakan-gerakan. Pada tahap ini, gerakan-gerakan telah dilakukan secara impulsif dan oleh balasannya gerakan-gerakan yang dilakukan juga tidak mengharuskan pembelajar untuk memikirkan
3. Perkembangan Aspek Afektif
Keberhasilan proses pembelajaran IPA juga ditentukan oleh pemahaman perihal perkembangan aspek afektif akseptor didik . Ranah afektif tersebut meliputi emosi atau perasaan yang dimiliki oleh setiap akseptor didik. Bloom memmemberikankan definisi perihal ranah afektif yang terbagi atas lima tataran afektif yang implikasinya dalam akseptor didik Sekolah Menengah Pertama ludang kecepeh kurang sebagai memberikankut:
- Sadar akan situasi, fenomena, masyarakat, dan objek di sekitar
- Responsif terhadap stimulus-stimulus yang ada di lingkungan mereka
- Bisa mepenilaian
- Sudah mulai bisa mengorganisir penilaian-penilaian dalam suatu sistem, dan memilih korelasi di antara penilaian-penilaian yang ada
- Sudah mulai mempunyai karakteristik dan mengetahui karakteristik tersebut dalam bentuk sistem penilaian.
Pemahaman terhadap apa yang dirasakan dan direspon, dan apa yang diyakini dan diapresiasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam teori pemerolehan bahasa kedua atau bahasa asing. Faktor eksklusif yang ludang kecepeh spesifik dalam tingkah laris akseptor didik yang sangat penting dalam penguasaan banyak sekali bahan pembelajaran, yang meliputi:
- Self-esteem, yaitu penghargaan yang dimemberikankan seseorang kepada dirinya sendiri.
- Inhibition, yaitu perilaku mempertahankan diri atau melindungi ego.
- Anxiety (kecemasan), yang meliputi rasa frustrasi, khawatir, tegang, dan sebagainya.
- Motivasi, yaitu dorongan untuk melaksanakan suatu kegiatan.
- Risk-taking, yaitu keberanian mengambil risiko.
- Empati, yaitu sifat yang berkaitan dengan pelibatan diri individu pada perasaan orang lain.
Dengan demikian, selain harus memperberat sebelahkan miskonsepsi yang dimiliki oleh setiap siswa sebelum mendapat pembelajaran, guru juga harus memperberat sebelahkan kebijaksanaan sehat formal yamg berbeda-beda yang dimilki oleh siswa. Hal ini sanggup dilaksanakan dengan baik bila informasi perihal kebijaksanaan sehat formal siswa sudah dimiliki oleh guru. Piaget menyatakan bahwa bawah umur dianggap siap mengmbangkan konsep khusus kalau memperoleh skemata yang diperlukan. Karakteristik Peserta Didik
Advertisement