-->

Info Populer 2022

Model Pembelajaran

Model Pembelajaran
Model Pembelajaran
Model Pembelajaran - Metode Mengajar“Cara mengajar yg dpt dipakai untuk tiruana materi pelajaran” Misalnya:
Metode: ceramah, penemuan, ekspositori, diskusi, tanya tpendapat, pemecahan masalah, dsb. Teknik Mengajar“Cara mengajar yg memerlukan kesangat menguasaian khusus atau talenta khusus”
Beberapa model pembelajaran matematika antara lain :


A.    Model pembelajaran dengan pendekatan induktif dan deduktif.

Kedua pendekatan ini merupakan pendekatan yang ditinjau dari interaksi antara siswa dengan materi ajar. Kedua pendekatan ini saling bertentangan. Pendekatan deduktif merupakan suatu daypikir dari umum ke khusus, sedangkan pendekatan induktif suatu daypikir dari khusus ke umum.

  • Pendekatan deduktif menurut daypikir deduktif.
  • Penalaran deduktif = cara berpikir menarik kesimpulan dari hal yang umum menjadi masalah yang khusus.
  • Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya memakai pola berpikir silogisme; terdiri dari 2 macam pernyataan yang benar dan sebuah kesimpulan (konklusi)
  • Kedua pernyataan pendukung silogisme disebut premis (hipotesis): Premis Mayor dan Premis Minor.
  • Kesimpulan diperoleh sebagai hasil daypikir deduktif menurut macam premi itu.



B.    Metode Ceramah yang Menyenangkan


Metode ceramah yang terus menerus, memanglah dirasakan sangat membosankan bagi para penerima didiknya, apalagi bila disajikan dalam bentuk dongeng, yang berfungsi sebagai pengantar siswanya untuk tidur di malam yang hening, bahkan adakala si pengajar melenceng dari materi yang semestinya disampaikan, justru ia malah menceritakan ihwal keadaan keluarganya, hingga ke para tetangganya, seperti si guru itu curhat kepada pelajar dan siswanya. Hal ini serupoa dengan sebuah situs dari internet yang menceritakan

Ini yaitu teladan kasatmata dari bumi belahan lain di dunia pendidikan, oleh alasannya yaitu itu kita sebagai calon guru masa depan yang baik, haruslah mempersiapkan segala sesuatunya, baik itu dari segi disiplin ilmu, pemahaman segala konsep dan teknik segala keterampilan, hubungan sosial terhadap lingkungan, serta adat dari personal kita sendiri, alasannya yaitu bukanlah tidak mungkin, kisah dosen tadi terjadi pada diri kita, menjadi seorang pengajar yang membosankan, tidak menarik, bahkan hingga dijuluki ‘monster’ oleh anak didik kita sendiri.


C.    Model pembelajaran dengan pendekatan ekspositori

Pendekatan ekspositori merupakan suatu pendekatan yang ditinjau dari interaksi guru dengan siswa. Dalam pendekatan ini semata-mata siswa tinggal mendapatkan apa yang disajikan oleh guru. Makara guru telah mempersiapkan dan merencanakan secara sistimatis sehingga siswa sanggup menerimanya dengan gampang. 

Untuk itu dalam proses pembelajaran guru perlu melaksanakan apersepsi, yaitu mengingatkan kembali pengetahuan yang berkaitan dengan materi bimbing yang akan disajikan. Dalam pembelajaran ini guru menjelaskan panjang lebar, bila perlu guru membuat gambar maupun memakai media yang dianggap sanggup ludang kecepeh mempergampang siswa memahami materi bimbing yang disampaikan.


D.    Model pembelajaran dengan Pendekatan Proses

Dalam pendekatan ini guru membuat aktivitas pembelajaran yang bervariasi sedemikian sehingga siswa terlibat secara aktif dalam banyak sekali pengalaman. Atas bimbingan guru siswa diminta untuk merencanakan, melaksanakan, dan meskor sendiri suatu kegiatan. Menurut Sagala (2003), dalam pendekatan proses ini yang sanggup dilakukan siswa antara lain: mengamati tanda-tanda yang timbul, mengklasifikasikan, mengukur besaran-besarannya, mencari hubungan konsep konsep yang ada, mengenal adanya masalah, merumuskan masalah, merumuskan hipotesa, melaksanakan percobaan, menganalisis data dan menyimpulkan.Dalam pembelajaran PKn tidak tiruana aktifitas menyerupai tersebut diatas dilaksanakan.


E.    Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing

Dalam memakai metode inovasi terbimbing, peranan guru adalah: menyatakan persoalan, kemudian membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian dari duduk kasus itu dengan perintah-perintah atau dengan lembar kerja. Siswa mengikuti pertunjuk dan menemukan sendiri penyelesaiannya.

Penemuan terbimbing biasanya dilakukan dengan materi yang dikembangkan pembelajarannya secara induktif. Guru harus yakin benar bahwa materi “yang ditemukan” sungguh secara matematis sanggup dipertanggungtpendapatkan kebenarannya.

Seringkali peranan guru dalam inovasi terbimbing diungkapkan dalam lembar kerja inovasi terbimbing. Lembar kerja ini biasanya dipakai dalam memdiberikan bimbingan kepada siswa menemukan konsep atau terutama prinsip (rumus, sifat). Penyusunan lembar kerja jenis ini biasanya
diawali dari guru menyiapkan secara tidak ada yang kurang tahap demi tahap dalam menjelaskan adanya suatu sifat atau prinsip atau rumus.

Penjelasan ini dituang dalam suatu goresan pena secara tidak ada yang kurang. Kemudian dipikirkan, bila klarifikasi itu dilakukan di kelas, dan dilakukan dengan tanya tpendapat, dicatat di bab manakah yang kiranya perlu dipakai sebagai materi tanya tpendapat. Bagian yang ditanyakan ini sanggup berupa pendapat siswa ihwal materi yang kemudian yang perlu dipakai dalam pengembangan konsep,atau pendapat siswa ihwal tahapan yang perlu diperberat sebelahkan dalam melangkah, atau isian yang berupa bilangan atau kata kunci dalam menuju tujuan inovasi tersebut. 

Bagian-bagian yang perlu ditanyakan tadilah yang perlu dihapus dari catatan klarifikasi tidak ada yang kurang, dan dalam lembar kerja diungkapkan dalam bentuk kawasan kosong atau titik-titik yang harus diisi oleh siswa Strategi Dan Pendekatan Dalam Model Investigasi Flenor (1974) membagi aktivitas guru menjadi 5 (lima) tahap:  

  1. Apersepsi
  2. Investigasi
  3. Diskusi
  4. Penerapan dan  
  5. Pengayaan

Pada investigasi, siswa bekerja secara bebas, individual atau berkelompok. Guru hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator yang memdiberikan dorongan siswa untuk sanggup mengungkapkan pendapat atau menuangkan pemikiran mereka serta memakai pengetahuan awal mereka dalam memahami situasi baru. Guru juga berperan dalam mendorong siswa untuk sanggup memperbaiki hasil mereka sendiri maupun hasil kerja kelompoknya.

Kadang mereka memang memerlukan orang lain, termasuk guru untuk sanggup menggali pengetahuan yang diperlukan, contohnya melalui pengembangan pertanyaan-pertanyaan yang ludang kecepeh terarah, detail atau rinci. Dengan demikian guru harus selalu menjaga suasana biar pemeriksaan tidak berhenti di tengah jalan. Dalam hal pemeriksaan yang dilaksanakan secara berkelompok, Lazarowitz dan kawan-kawannya (1988) dan juga Sharan dan para koleganya (Sharan et al, 1989; Sharan & Sharan, 1990) mendisain model kelompok pemeriksaan yang memdiberikan kemungkinan siswa untuk melaksanakan banyak sekali pengalaman belajar. 


Para siswa terlibat dalam setiap tahap kegiatan 

  1. Mengidentifikasi topik dan mengorganisasi kelompoknya dalam “kelompok peneliti”, 
  2. Merencanakan kiprah pembelajaran,  
  3. Melaksanakan penyelidikan,   
  4. Menyiapkan laporan,  
  5. Menyampaikan laporan akhir, 
  6. Mengmemperbaiki program.  

Diskusi kelompok maupun diskusi kelas merupakan hal yang sangat penting guna  memdiberikan pengalaman mengemukakan dan menjelaskan segala hal yang mereka pikirkan dan membuka diri terhadap yang dipikirkan oleh teman mereka. Pengalaman yang baik menyerupai ini akan memotivasi siswa untuk mencar ilmu dan mau memeriksa (menginvestigasi) ludang kecepeh lanjut. Pengalaman berhubungan dalam banyak hal sangat sesuai dengan semangat bantu-membantu yang telah berkembang semenjak usang di bumi tercinta Indonesia ini. Hal ini perlu selalu dikembangkan dengan melatihkannya kepada para siswa. 

Dalam kerja kelompok siswa, Malone dan Krismanto (1993) menemukan bahwa sebagian besar siswa menginginkan mereka sendirilah yang memilih anggota kelompok kegiatan, dengan banyak anggota 3 − 5 orang siswa gabungan putra dan putri dan dengan banyak sekali tingkat kemampuan siswa.
Hal ini sesuai dengan Sharan (1980) bahwa kelompok semacam itu memdiberikan dampak dan imbastifitas dalam peningkatan hasil mencar ilmu siswa.

Sikap dan kemauan siswa dalam memakai pendekatan pemeriksaan tidak terlepas dari  kegemaran siswa akan matematika, pemahaman siswa ihwal kegunaan matematika dan keberanian siswa untuk membentuk sendiri pengetahuan matematika mereka. Ini sesuai dengan paham yang dikembangkan oleh para pakar dan peneliti serta penganut konstruktivisme. Karena ituseberapa jauh keberhasilan penggunaan pendekatan pemeriksaan juga antara lain tergantung ketiga faktor. Karena itu maka guru juga perlu mengetahui seberapa jauh hal di atas dimiliki siswa disamping berusaha untuk ludang kecepeh memdiberikan pemahaman kepada para siswa. Model Pembelajaran
Advertisement

Iklan Sidebar