-->

Info Populer 2022

Makalah Metodelogi Penelitian Echinodermata

Makalah Metodelogi Penelitian Echinodermata
Makalah Metodelogi Penelitian Echinodermata
Makalah Metodelogi Penelitian ECHINODERMATA
BAB I 
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah

    Laut  merupakan ekosistem yang mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi. Hampir wakil dari setiap phylum hewan dan makhluk hidup sanggup ditemukan di laut. Organisme yang hidup di maritim dipengaruhi oleh sifat air maritim untuk sekelilingnya,  baik berupa flora ataupun hewan dan makhluk hidup sehingga banyak bentuk umum yang dijumpai merupakan hasil pembiasaan terhadap medium cair dan perggerakannya (Nybakken, 1998).

    Laut juga merupakan tempat mata penjaharian untuk golongan masyarakat tertentu yang hidup di sekitar laut, termasuk tempat pasang surut yang berkarang, berlumpur atau berpasir. Hampir tiruana wakil dari phylum hewan dan makhluk hidup sanggup ditemukan di laut. Phylum echidonemata ditempatkan pada final formasi Phylum dalam invertebrata lainnya. Hal ini merupakan salah satu alasan banya Phylum echidonemata ludang kecepeh bersahabat dengan Vertebrata daripada Invertebrata.

    Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terdiri atas dua buah pulau besar dan beberapa pulau kecil yang mempunyai luas perairan sekitar 29.870 km dan panjang pantai mencapai 1.364 km. Perairan di NTB mempunyai keanekaragaman hayati cukup tinggi, alasannya yakni hampir tiruana jenis hewan dan makhluk hidup dan flora maritim sanggup dijumpai di perairan NTB (Dinas Perikanan NTB, 1994).

    Salah satu jenis hewan dan makhluk hidup yang hanya ditemukan di maritim yakni echidonemata. Echidonemata menikut mencicipi aneka macam macam habitat Zona Trumbu Karang, tempat pertumbuhan Algae, Tumbuhan maritim jenis lainnya, Koloni Karang Hidup, Koloni Karang Mati serta tempat betting karang. Echidonemata merupakan komponen Distik yang penting dalam siklus rantai makanan. Makanan dan Phylum Echidonemata jenis tripang yakni detritus sehingga hewan dan makhluk hidup ini banyak ditemukan di tempat yang banyak mengandung detritus (Aziz, 1991).

    Keberadaan Echidonemata di beberapa tempat di NTB telah dilaporkan oleh beberapa peneliti, di perairan Lombok Barat di potongan Utara terdapat 12 spesies Echidonemata, di pantai Kuta terdapat 38 species dan berhasil mengoleksi 19 jenis Echindonemata (Putra Suryadi, 1999). Keberadaan Echidonemata di tempat perairan pantai Pasir Putih di desa Teluk Nare Kec. Pameng kabupaten Lombok Utara hingga ketika ini penelitian belum pernah diperoleh/diteliti sehingga warta keberadaan mengenai fauna Echidonemata belum ada. 

    Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis mencoba merangkaii suatu kata menjadi suatu kalimat menjadi yang tertuang dalam suatu judul “Komunitas Echidonemata di tempat Perairan pantai pasir putih Desa Teluk Nare kec. Pemenang Kabupaten Lombok Tengah. Dalam hal ini timbul suatu permasalahan yang peneliti coba untuk rumuskan menyerupai “Berapa tingkat kepadatan dan keanekaragaman Enchinodermata pada perairan Pantai Pasir putih Teluk Nare Kecamatan Pamenang Kabupaten lombok Utara.

B.    Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan dan keanekaragaman Enchinodermata pada tempat pantai Pasir Putih Teluk Nare Kecamatan Pamenang Kabupaten Lombok Utara.

C.   Manfaat Penelitian

    Melalui penelitian yang dilakukan diharapkan mempunyai manfaat sebagai memberikankut:

1.    Manfaat Teoritis 
      Dibidang penelitian,Hasil penelitian diharapkan sanggup bermanfaan sebagai warta awal kepada pelajar atau mahasiswa bahwa pantai Pasir Putih Wane merapakan tempat yang sangat potensial untuk melaksanakan praktik lapangan.  memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang perikanan air tawar.

2.    Manfaat Mudah
      Dari hasil penelitian ini diharapkan masukan dalam bidang budidaya maritim bagi penelitian yang akan tiba sanggup menambah warta bagi peneliti selanjutnya khususnya mengenai perikanan air tawar.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Ciri Umum Echinoedermata

       Ciri umum Echinodermata yakni sebagai memberikankut :a). Simetri radial pada hewan dan makhluk hidup dewasa, mempunyai lima potongan sedangkan larvanya simetri bilatral, mempunyai tiga jaringan dasar yakni bersilia, tidak mempunyai kepala dan otak, b). Permukaan badan mempunyai kaki buluh atau kaki ambulakral, c). Tubuh terbungkus oleh epidermis yang halus dengan dikosong kepingan kapur yang disebut lamineaatau ossicula, d). Saluran pencernaan biasanya tidak ada yang kurang tetapi ada beberapa yang tidak memiliki  anus, e). Memiliki system sirkulasi yang megalami reduksi, f). Respilasi dilakukan dengan insang kecil atau papulae yang timbul dari coelom, beberapa jenis dengan memakai kaki ambulakral, g). Sistem syaraf dengan batang cincin yang bercabang –cabang kearah radial, h). Seks terpisah dengan beberapa perkecualian (Jasin,1989),

1.1    Klasifikasi Echinodermata
Klasifikasi Echinodermata berdasarkan Barnes,1974 dalam Rizal  (2001)
Kelas        : Stellroiea
Sub kelas  :  Stamostroidea
Kelas        : Asteriodea
Ordo        : 1. Plastisterida
                  2. Paxillosida   
                  3. Valvotida
                  4. Spinulosida      
                  5. Focipulotida

Kelas          : Ophiuroidea
Ordo          : 1. Stenurida
                    2. Oeghopriurida
                    3. Phyrinophiurida

Kelas            :  Echinodea
Sub kelas      : Peschochinoidea
Ordo             : Chidoroida
Sub kelas      : echinoida
Super ordo    : Didingin dan damaiatacea
Ordo             : 1. Pedinoida
                       2. Didingin dan damaiatpida
                       3. Ecinothuroida

Super ordo    : Echinnacea
Ordo             : 1. Arbacioda
                      2. Salenoida
                      3. Temnopleuroida
                      4. Phymomosomatyda
                     5. Echinoida

Super ordo     :  Gathostomata 
Ordo              : 1. Holecthypoida
                       2. Clypeasteroida

Super Ordo    : Atelostomata
Ordo              : 1.  Holosteroida
                        2.  Spatongoida
                       3.  Casiluloida
                       4.  Neolompidoida

Kelas               : Holothuroida
Ordo               : 1. Cacthylochiroida
                        2.  Dendrohirotida
                        3.  Asphichirotida
                        4.  Elasipodida
                        5.  Apodida

Kelas               : Crinoida
Sub Kelas        : 1.  Eochinoida
                        2.  Parcrinoidea
                        3.  Eucrinoida
Ordo                : 1.  Inadunata
                         2.  Flexibillia
                         3.  Comerata


a.    Klas Asteroidea (bintang  Laut)

Sesuai dengan namanya, maka badan berbentuk bintang dengan lima atau potongan radial. Terdapat duri-duri dengan aneka macam ukuran pada permukaan kulit badan baik oral maupun aboral dan pada sekitar dasar duri terdapat bentuk jepitan pada ujungnya yang disebut pedicellaria. Pada salah satu potongan antara dua potongan badan radial atau lengan terdapat lempeng saringan madereporit sebagai tempat masuknya air dalam sistem vascular air atau ambulakral. Anus terdapat di tengah potongan dorsal sedang verbal di potongan oral. Penyokong badan tersusun dari lembaran kapur atau ossicullus (Brotowidjoyo, 1993).

Penyokong badan dari klas ini terjadi dalam branchia dermalis yang terletak pada aboral, system saraf terdiri atas batang saraf radial pada masing-masing lengan. Seks pada Bintang Laut terpisah yaitu ada yang jantang dan ada yang betina. Fertilisasi terjadi di dalam air, kemudiah hasil fertilisasi akan tumbuh menjadi larva bipinria. Bintang maritim mempunyai daya regenerasi yang tinggi.

Beberapa jenis bitang maritim mempunyai warna cerah yang indah, merah, jingga, biru, atau dengan beberapa pola yang menarik dan warna yang kontras (Nontji, 1993). Bintang maritim hidup di tempat yang berkarang, substrat  kasar, substrat lunak, dan umumnya terdapat di tempat terumbuh karang. Bintang maritim merayap melewati batu-batu dan tinggal dalam pasir.

Kemampuan bintang luat untuk menyesuaikan diri dengan selinitasi ditunjukkan oleh beberapa spesies, contohnya asterias rubens hanya tahan terhadap salinitas rendah, sedangkan luidia clathrata mempunyai toleransi tertentu terhadap salinitas di alam, hewan dan makhluk hidup ini hidup pada salinitas sekitar 27% (Jasin, 1989).

b.    Klas Ophiuroidea (Bintang Ular)

Bintang ular mempunyai badan menyerupai bola cakram kecil dengan lima lengan panjang. Di potongan menyerupai lateral terdapat duri, sedangkan potongan dorsal serta ventral tidak terdapat duri. Bagian dalam dari ruas sebagian besar terisi ossicula yang silindris sehingga memungkinkan lengan sanggup di bengkokkan. Pada lengan juga terdapat kaki ambulakral kecil yang sering disebut sebagai teritakel yang terletak secara ventro lateral dengan alat hisap atau ampullae yang beralat sensoris dan juga membantu pernafasan yang memungkinkan kuliner sanggup masuk ke mulut. Mulut terletak di sentra badan yang dikelilingi lima kelompok lempeng kapur dan tidak mempunyai anus. Madreporit terletak di tempat permukaan bersahabat mulut. Bersifat biseksual dan fertilisasi terjadi di luar dengan larva bersilia (Brotowidjoyo, 1993).

Bintang ular yang hidup di tempat tropis pada umumnya hidup pada perairan dengan suhu antara 27 - 300 C, namun daya tahan terhadap suhu ini tergantung kedudukan geografis dan ke dalaman (Suryatim 1999).

c.    Klas Enchinoidea (landak lut)

Hewan-binatang dan makhluk hidup yang masuk klas Enchinoidea berbentuk bundar, tidak berlengan, tetapi mempunyai duri-duri yang sanggup digerakkan. Pada umumnya Landak Laut mempunyai jarohan atau viscera yang tersimpan dalam cangkok. Bulu babi mempunyai lima jalur kaki ambulakral yang terselang oleh tempat interambulakral yang agak lebar tanpa kaki. Beberapa jenis Ennchinoidea mempunyai kelenjar racun. Di antara duri-duri terdapat pedicellaria yang berfungsi untuk memkebersihankan badan dan tuntuk menangkap kuliner kecil. Anus terletak di sentra badan pada permukaan aboral. Sedangkan verbal yang ditidak ada yang kurangi oleh lima buah gigi terletak di tempat oral dan madreporit terletak di tempat aboral (Brotowijoyo, 1993).

Pada landak maritim terdapat sebuah pembuluh sirkular, lima buah pembuluh tabung telapak dengan ampula. Terdapat cincin saraf dengan lima buah cabang dan sebuah pleksus saraf. Jenis kelamin terpisah, fertilisasi terjadi di dalam air. Larva yang terbentuk bersimetri bilateral, berenang bebas dan disebut larva pluteus. Batas toleransi salinitas kelompok bulu babi penghuni maritim sejati antara 30 – 34 % (Suryati, 1999).

d.    Klas Holoturoidea (Teripang)

Mentimun maritim mempunyai badan bulat memanjang dengan garis oral ke aboral sebagai sumbu, badan terlipat oleh kulit yang mengandung ossicula yang mikroskopis. Di potongan anterior verbal terdapat 10 -13 tentakel yang sanggup di julurkan dan ditarik kembali. Holothuroidea meletakkan diri dengan potongan dorsal di sebelah atas. Kaki ambulakral sanggup berkontraksi dan berfungsi sebagai alat respirasi. Daerah ventral terdapat tiga tempat kaki ambulakral yang mempunyai alat hisap, yang berfungsi untuk bergerak dan tiga baris ada posisi dorsal digunakan untuk bernafas. Madreporit terletak dalam coelom. Pada hewan dan makhluk hidup ini terdapat suatu cincin saraf dan saraf-saraf radier. Teripang cepat bereaksi terhadap rangsangan. Biasanya jenis kelamin terpisah namun ada juga yang hermaprodit dengan larva bersimetri bilateral (Brotowidjoyo, 1993).

Beberapa spesies menyerupai Thyonidium Pelluidum, Thyone sp, dan Drotankyra similis sanggup hidup di perairan payau dengan salinitas sekitar 20 tapi beberapa anggota kelas Holothuroidea tidak tahan terhadap salinitas yang rendah (Aziz, 1991).

e.    Klas Crinoidea (Lili Laut)

Hewan klas Crinoidea mempunyai bentuk menyerupai bunga lili yang bisa hidup di dalam maritim dengan ke dalaman 3,648 m. Tubuh berbentuk menyerupai cangkir yang disebut calyx yang tersusun dan lempengan kapur. Dari calyx  itu tersembul lima lengan yang elastis dengan tentakel yang pendek dimana masing-masing mempunyai pinullae yang banyak sekali sehingga menyerupai bulu burung yang terurai beberapa jenis Lili maritim mempunyai stalk atau tangkai yang berfungsi untuk menempel pada dasar maritim atau substrat. Mulut terletak pada tempat oral, sedangkan anus pada tempat aboral. Pada potongan oral terdapat lekukan ambulakral yang memberikansi tentakel menyerupai kaki bulu, fertilisasi berlangsung secara internal, bahkan zigot berkembang di dalam badan (Jasin, 1989).

Lili maritim membutuhkan air maritim yang bersalinitas tinggi dengan toleransi pada air maritim normal hingga salinitas 28 – 36 % (Suryati, 1999).

B.    Kerangka Berfikir

Bentuk badan Echinodermata yakni simetri radial. Dan sebagian besar mempunyai penguat badan dan zat kapur dengan tonjolan-tonjolan, yang berbentuk duri, hewan dan makhluk hidup ini hidup di pantai dan di dalam maritim hingga ke dalaman kurang ludang kecepeh 366 meter, sebagian hidup bebas gerakanya lamban, tidak ada yang parasit. Hewan ini merupakan pemakan sampah maritim sehingga maritim menjadi kebersihan. Kadang-kadang hewan dan makhluk hidup ini mengelompokkan dalam jumlah yang besasr tapi tidak membentuk koloni, ada beberapa jenis hewan dan makhluk hidup ini sanggup digunakan sebagai materi kuliner menyerupai tripang.

Daerah pantai Pasir Putih di desa Teluk Nare Kec. Pameng kabupaten Lombok Utara merupakan salah satu pantai yang dihuni oleh aneka macam macam jenis Enchinodermata sehingga peneliti saya merasa tertarik meneliti wacana komunitas Echinodermata di tempat pantai Pasir Putih di desa Teluk Nare Kec. Pameng kabupaten Lombok Utara.

C.    Hipotesis

Hipotesis yakni suatu tpendapatan yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian hingga terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi, 1998).  Pendapat lain menyampaikan bahwa hipotesis sanggup diartikan sebagai pernyataan statistik wacana parameter populasi (Sugiono, 1997). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yakni : Terdapat peningkatan tingkat kepadatan dan keanekaragaman Enchinodermata pada perairan Pantai Pasir putih Teluk Nare Kecamatan Pamenang Kabupaten lombok Utara.
.

BAB III
ME.TODE PENELITIAN

A.    Indentifikasi Variabel

Variabel yakni suatu hal yang menjadi titik temu suatu penelitian. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan yakni variabel terikat dan variabel bebas  atau variabel X (Perairan Pantai) sedangkan variabel Y (Komunitas Echinodermata). Makara sanggup disimpulkan bahwa variabel dalam penelitian ini yakni variabel yang saling mempengaruhi antara variabel X dan Y sehingga sanggup digambarkan sebagai memberikankut

Keterangan :
   X = Perairan pantai
   Y = Kominitas Echinodermata


B.    Defenisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman terhadap variabel atau suku kata yang digunakan dalam judul penelitian ini, maka dipandang perlu dijelaskan beberapa istilah sebagai memberikankut :

1.   Komunitas

Komunitas yakni kumpulan populasi yang berbeda-beda pada satu tempat tertentu (Suharsimi, 2002). Yang dimaksud dengan komunitas dalam penelitian ini yakni kumpulan populasi Echinodermata yang berbeda-beda yang di tempat perairan Pantai Pasir putih Teluk Nare Kecamatan Pamenang Kabupaten lombok Utara

2.    Echinodermata

Echinodermata berasal dari bahasa Yunani Echinos artinya duri, sumbangan artinya kulit, dengan demikian Echinodermata artinya hewan dan makhluk hidup yang berkulit duri (Jasin, 1989). Echinodermata yang dimaksud dalam penelitian ini yakni hewan dan makhluk hidup yang berkulit duri, terdiri dari bintang laut, bintang ular, lili maritim dan teripang.

C.    Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1.    Populasi

Populasi yakni keseluruhan obyek penelitian, apabila seseorang ingin tiruana elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya disebut dengan populasi keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi, 2002: 108). Sedangkan sangat menguasai lain menyampaikan bahwa populasi yakni seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam satu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. (Margono, 1996 : 118). Berdasarkan pendapat di atas maka sanggup ditarik suatu kesimpulan bahwa populasi dalam penelitian ini yakni enchinodermata pada perairan Pantai Pasir putih Teluk Nare Kecamatan Pamenang Kabupaten lombok Utara

2.    Sampel

Sampel yakni sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti (Suharsimi, 2002 : 109). Sedangkan berdasarkan Margono (1997 : 121) sampel merupakan potongan dari populasi sebagai teladan yang diambil dengan memakai cara-cara tertentu.

Salah satu syarat utama dari sampel yang baik yakni sampel itu harus representatif, yaitu mencerminkan ciri-ciri atau sifat dari populasi. Untuk mencapai hal tersebut diharapkan cara untuk memilih anggota sampel yang disebut dengan metode sampling. Metode sampling yakni suatu cara pengambilan subyek penelitian dimana subyek yang akan diteliti itu terdiri dari jumlah individu yang mewakili jumlah yang ludang kecepeh besar (Netra, 1992 :23).

Sedangkan berdasarkan Arikunto (1996 : 120) bahwa apabila subyek kurang dari 100 ludang kecepeh baik diambil tiruana sehingga penelitiannya merupakan populasi. Selanjutnya kalau subyeknya besar sanggup diambil antara 10-15 % atau ludang kecepeh. Berdasarkan pendapat tersebut di atas maka sanggup disimpulkan bahwa dalam sampel dalam penelitian ini yakni populasi yang mempunyai sifat dan karakteristik tertentu.

D.    Teknik Pengumpulan Data


Tehnik mengumpulkan data yakni cara-cara yang sanggup digunakan untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2002 : 34) dalam hal ini untuk memperoleh data yang mencerminkan duduk kasus yang akan diteliti dan sanggup dipertanggung tpendapatkan, maka dalam hal ini teknik yang digunakan yakni :

E.    Teknik Pengumpulan Data

1.    Teknik pengambilan Sampel

Penelitian di lakukan dengan memakai metode transek sabuk yang berukuran 20 m x 20 m. Metode ini dilakukan dengan menciptakan garis stasiun pengamatan yang tegak lurus garis pantai. Kemudian memilih posisi stasiun yaitu stasiun I sebelah utara, stasiun II sebelah selatan dimana jarak antara stasiun yakni 320 meter, pada garis stasiun di buat garis transek sabuk yang sejajar dengan garis pantai dengan ukuran panjang 20 m dan lebar 1 m dan di buat pada tiap 10 m dari gari stasiun.

Pengambilan sampel dilakukan pada ketika bulan purnama alasannya yakni pada ketika ini air maritim sedang surut, pengambilan sampel Enchinodermata dilakukan dengan pencatatan dan menghitung spesies maupun jumlah Enchinodermata yang terdapat pada transek pengamatan. Selain itu dilakukan juga pemontretan terhadap fauna Echinodermata yang diamati untuk metidak ada yang kurangi data yang ada.



Keterangan     : A = Garis stasiun
                       B = Garis transek
Gambar model stasiun pengamatan dengan memakai transek sabuk

2.    Identifikasi Spesies

Identifikasi dari spesies Echinodermata dengan mengamati morfologi yang mencakup bentuk ukuran dan warna dan dicocokkan dengan buku kunci Sea Stars Of Australia oleh Coleman N (1994), dan buku Zoologi Invertebrata oleh Jasin (1989).

F.    Validitas dan Realibilitas


1.    Validitas

Untuk memilih validitas butir soal sanggup dihitung dengan memakai rumus product moment 


Keterangan:
Rxy     : Koefisien kesamaan product moment
Xy      : Hasil perkalian antara variabel X dengan variabel Y
X        : Skor variabel Perairan Pantai
Y        : Skor variabel Komunitas Echinodermata
∑        : Sigma (Jumlah)
N        : Jumlah Sample (Subjek penelitian) (Arikunto, 2002 :243)

2.    Reabilitas

Untuk memilih reabilitas soal digunakan rumus Alfa.




Keterangan:

 n = Komunitas Echinodermata



Dengan demikian kriteria pakan dikatakan reliabelitas apabila r11 > r tebel dan perairan tersebut dikatakan tidak reliabelitas kalau r11 < r tabel.

G.    Rancangan Eksperimen


Rangan penelitian yakni proses yang diharapkan dalam perencanaan dan terlaksanakan penelitian wacana persiapan pengumpulan data dan menganalisis data semoga sanggup dilaksanakan secara hemat serta harmonis dengan tujuan penelitian (Nazir, 1988 : 97). Dalam hal ini peneliti memakai rancangan penelitian deskristif ekploratif direncakanan pada dua stasiun yaitu stasiun I di sebelah utara, stasiun II di sebelah selatan, jarak antara stasiun I ke stasiun II yakni 320 m, kemudian menciptakan garis stasiun yang tegak lurus dengan garis pantai. Pada garis stasiun tersebut di buat transek sabuk berukuran 20 m x 2 m sebanyak 5 buah  transek jarak antara transek sabuk yakni 10 m.

Pengambilan sampel penelitian dilaksanakan tiga kali dalam satu mingggu selama dua bulan berturut-turut dari bulan Februari hingga dengan bulan Maret tahun 2008. Total pengambilan sampel dilaksanakan sebanyak 24 kali. Lokasi stasiun di tentukan sedemikian rupa sehingga sanggup mewakili tempat penelitian secara keseluruhan.

H.    Teknik analisis Data


Pada penelitian ini kepadatan Echinodermata pada tempat pantai pada perairan Pantai Pasir putih Teluk Nare Kecamatan Pamenang Kabupaten lombok Utara. Di hitung dengan memakai rumus dari Michail (1984) dalam Rizal (2001).




Sedangkan keanekaragaman jenis-jenis Echinodermata dihitung dengan indeks keanekaragaman Shannon-Winner (Barus, 2001).

H’ = - ∑ (pi In pi)
pi  = ni / N, dimana :
H = Indeks keanekaragaman Shnnon- Winner
N = Jumlah Individu seluruh spesies
ni  = Jumlah individu spesies i
pi  = jumlah spesies i per jumlah total individu

bila :
0 < H’ < 2, 302         = Keanekaragaman rendah
2,302 < H’ < 6,907   = Keanekaragaman Sedang
H’ > 6, 907              = Keanekaragaman tinggi

 

DAFTAR  PUSTAKA

Barus, AT. 2001. Pengantar Limnologi, Gramedia, Jakarta

Brotowidjoyo, M.D. 1993. Zoologi dasar, Erlangga,  Jakarta :

Coleman,  N. 1994.  Sua star of Australia And Ther Relative Nation Library of Australia Cataloging in publication date Australia

Jasin, M. 1989. Zoologi Invertebrata. Sinar Wijaya, Surabaya

Nursin, 1997. Ekologi Hewan Tanah, Bumi Aksara : Jakarta
Advertisement

Iklan Sidebar