-->

Info Populer 2022

Biografi Muhammad Nashiruddin Al-Albani - Profil Hidup

Biografi Muhammad Nashiruddin Al-Albani  - Profil Hidup
Biografi Muhammad Nashiruddin Al-Albani  - Profil Hidup
Biografi Muhammad Nashiruddin Al-albaniy - Profil Hidup

Nama komplit dia yaitu Muhammad Nāsiruddīn bin Nūh bin Ādam Najāti Abū Abdirrahmān. Beliau ludang keringh dikenal dengan sebutan Al-albaniy lantaran lahir di Albania tepatnya di Asyqudarah (ibu kota Republik Albania ketika itu) pada tahun 1914 M/1332 H;1 Beliau juga dikenal dengan al-Dimasyqiy lantaran pernah menetap di Damaskus selama kurang ludang keringh lima tahun; Beliau juga dikenal dengan al-Urduniy lantaran Yordania merupakan kawasan tinggal dan kawasan wafatnya.2 Ia lahir dalam lingkungan keluarga yang taat beragama. Ayahnya Haji Nūh termasuk seorang ulama besar di Albania bermażhab Hanafi. Lingkungan ia tinggal kadab masih muda juga merupakan lingkungan yang kental nafas agamanya, memelihara fatwa dalam segala aspek kehidupan.
Hingga berkuasalah raja Albania ketika itu, yaitu Ahmad Zugū, yang mengadakan perombakan total atas sendi-sendi kehidupan masyarakat yang mengakibatkan goncangan andal bagi masyarakat Albania dan bagi Al-albaniy sendiri. Ahmad Zugū berkuasa dengan mengikuti langkah Kemal Attaturk di Turki. Di antara bukti kesewenang-wenangan  Zugū yaitu ia mengharuskan wanita-wanita muslimah menanggalkan jilbabnya.3  
Sejak ketika itu orang-orang yang ingin menyelamatkan agama mereka banyak melaksanakan pengungsian, demikian juga keluarga Haji Nūh yang mengungsi ke Syām tepatnya yaitu di kota Damaskus. Pindahnya keluarga al-Albaniy ke Syām bukanlah tanpa alasan tetapi lantaran ayahnya banyak membaca hadis yang mengambarkan ihwal keutamaan Negeri Syām secara umum dan kota Damaskus secara khusus, kemudian pindah ke Yordania dan kemudian kembali lagi ke Syām. Setelah itu pindah ke Beirūt  dan terakhir pindah ke Ammān,Yordania.4 Beliau juga pernah menetap di Madīnah al-Munawwarah selama tiga tahun semenjak 1381 H kadab dia mengajar di Universitas Islam Madinah.5
Al-albaniy  selalu menghabiskan waktunya dengan meneliti, menulis dan berdakwah hingga Allah memanggilnya pada bulan Jumadil Akhir 1420 H bertepatan dengan tanggal 10 Februari 1999 M dalam usia 86 tahun.
  
2. Latar Belakang Intelektual Muhammad Nashiruddin Al-albani
Kepindahan keluarga Al-albaniy ke Syām merupakan berkah tersendiri bagi al-Albāniy, lantaran di sana al-Albāniy sanggup hidup terbiasa memakai bahasa Arab yakni bahasa yang mutlak harus dikuasai oleh siapa saja yang hendak memahami al-Qur’an dan As-Sunnah
Sesampainya  keluarga al-Albāniy di Damaskus, kemudian al-Albāniy dan saudara-saudaranya masuk pada sebuah sekolah swasta yakni Jam’iyyah al-Is’āf al-Khairi.6 Al-Albāniy menuntaskan studi tingkat ibtidaiyahnya selama 4 (empat) tahun. Setelah  duduk di dingklik ibtidaiyyah, al-Albāniy tidak melanjutkan studinya pada sekolah-sekolah yang ada. Menurut ayahnya sekolah-sekolah umum atau pemerintah tersebut kurang manis mutu pengajaran agamanya, lantaran bersamaan pada ketika itu bergejolak revolusi Syiria yang dihembuskan oleh orang-orang Perancis. Ayah al-Albāniy menetapkan baginya mencar ilmu intensif pada para ulama (Masyaikh). Beliau mencar ilmu pada ayahnya, Fiqih Mażhab Hanafi dan ilmu Saraf, juga tajwid dan al-Qur’an. Beliau juga mencar ilmu sebagian fiqih Hanafi dan secara terkonsentrasi membaca kitab Marāqi al-Falāh Syarh Nūr al-Iddah, sebagian kitab Nahwu dan Balaghah modern dan mempelajari buku-buku hadis pada syaikh Sa’īd al-Burhāni. Beliau memperoleh ijazah riwayat dalam ilmu hadis dari seorang tokoh ulama Halab, yaitu Syaikh Ragib al-Tabbakh, sehabis bertemu dengannya lewat mediator Ustaż Muhammad al-Mubarak.7
Muhammad Nashiruddin Al-albani yang kini dikenal sebagai ulama kritikus hadis masa ini yaitu seorang yang dulunya hidup dalam keluarga dengan kondisi ekonomi rendah. Beliau pernah bekerja sebagai tukang kayu yang biasa merenovasi rumah-rumah usang yang telah rusak  dan hancur disebabkan hujan atau salju. Kemudian dia bekerja membantu ayahnya mereparasi jam dan ketika itulah al-Albāniy mendapat waktu yang ludang keringh banyak untuk belajar. Bagi al-Albāniy, pekerjaan ini merupakan nikmat yang dikaruniakan Allah padanya, lantaran dengan begitu ia mempunyai kesempatan mengmunculi kajian-kajian di masjid. Pada awalnya, al-Albāniy  bahagia membaca buku-buku dongeng Arab, ibarat Al-Zāhir wa ‘Antarah,8 cerita-cerita detektif yang diterjemahkan dalam bahasa Arab, ibarat Archier Lobphin dan lain-lain serta buku-buku sejarah. Buku-buku tersebut ia dapatkan dengan membaca pada toko buku di sebelah masjid. 
Semangat dia dalam mempelajari ilmu-ilmu hadis berawal pada suatu hari di mana ia mendapat majalah al-Manar yang di dalamnya terdapat goresan pena Sayyid Rasyid Rida kadab membahas kitab Ihyā’ ‘Ulūmuddin dengan mengatakan sisi baik juga kesalahan-kesalahan buku tersebut secara ilmiah. Al-Albāniy tertarik dengan goresan pena tersebut lantaran bagi dia gres kali ini  mendapat goresan pena ilmiah ibarat itu. Rasyid Rida juga menyebutkan bahwa Abū Radil Zainuddin al-Irāqi mempunyai sebuah kitab yang berjudul Al-Mugni ‘an Hamli al-Asfār fi al-Asfār fi Takhrīj ma fi al-Ihyā’ min al-Akhbār. Kitab tersebut membahas ihwal ‘Ihyā΄ ‘Ulūmuddin dengan meneliti hadis-hadisnya serta memisahkan antara yang şahih dan yang daīf.
 Al-Albāniy mengikuti seluruh pembahasan ihwal kitab al-Ihyā’ tersebut hingga akhir, baik dari seluruh edisi majalah al-Manār maupun dari kitab aslinya Ihyā’ 'Ulūmuddin karya al-Ghazali. Al-Albāniy mulai tertarik dengan takhrij yang dilakukan al-Hāfiz al-Irāqi sehingga dia menyalinnya dalam satu naskah atau meringkasnya dengan memanfaatkan kita-kitab ayahnya sebagai rujukan dalam memahami kata-kata ajaib lantaran ia yaitu seorang ajam (bukan orang Arab). Hasil salinan dan ringkasan al-Albāniy tersebut mencapai 4 juz dalam 3 jilid mencapai 2012 halaman dengan dua macam tulisan, yang pertama goresan pena biasa dan yang kedua goresan pena yang ludang keringh rapi dan teliti disertai footnote yang diberisi komentar, penafsiran arti hadis, atau mekompliti (sesuatu yang dianggap perlu dari goresan pena al-Irāqi). Misalnya jikalau ada kata-kata susah dia mengambil/merujuk pada kitab Garīb al-Hadīs karya Ibnu al-'Asir, al-Nihāyah dan beberapa kamus.
Kegemaran al-Albāniy terhadap warisan Nabi terus bertambah, demikian pula upayanya dalam memisahkan hadis-hadis şahih dari yang lemah. Hal ini mengakibatkan dia bekerja hanya tiga hari dalam satu ahad selain hari selasa dan jum’at. Karena bagi dia waktu tersebut telah cukup untuk mendapat makanan pokok bagi keluarga dan anak-anaknya. Adapun waktu-waktu seludang keringhnya dia gunakan untuk menuntut ilmu, menulis, dan mempelajari hadis-hadis Rasulullah saw terutama manuskrip hadis yang ada di perpustakaan “Zāhiriyah”. Beliau banyak menghabiskan waktu di perpustakaan sehingga setiap orang pada ketika itu mengetahui kesungguhan dan semangatnya dalam memanfaatkan waktu.

Tidak ibarat pada kebanyakan  ulama atau cendekiawan ketika ini yang simpel mendapat buku-buku yang mereka perlukan dengan cara membeli lantaran tersedianya dana yang mereka miliki, maka Al-Albāniy mendapat buku-buku yang ia cari dari perpustakaan, ibarat perpustakaaan Al-Zahiriyah, al-Arabiyah al-Hasyimiyyah (Ied Ikhwan) milik Ahmad Hamdy dan Taufik. Beliau juga mendapat dari toko buku ibarat milik Sayyid Salim Al-Qusaibasiy dan anaknya Izzat dengan cara meminjam lantaran dia tidak sanggup membelinya.9

Ketekunan dan keuletan al-Albāniy membawa hasil yang sangat besar. Beliau menjadi rujukan para penuntut ilmu, dosen maupun para ulama dalam ilmu hadis khususnya dalam al-jarh wa al-ta'dīl. Keadaan ini menjadikan hasad (kebencian) dari orang-orang yang dengki baik kadab mengajar di Universitas Islam Madinah sehingga dia dikeluarkan dari Universitas tersebut maupun kadab berdakwah di Damaskus, sehingga dia dipenjara pada tahun 1389 H/1968 M.10 Kadab di penjarapun al-Albāniy tetap produktif dan menghasilkan karya yang berjudul "Mukhtaşar Şahīh Muslim"
Dalam penelitian maupun dakwahnya, al-Albāniy memakai metode atau manhaj para salaf ahlus sunnah wal jama'ah. Al-Albāniy juga mempunyai gaya ilmiah tersendiri yang berpijak pada asas-asas yang kokoh, yakni: yang pertama, al-Albāniy mempunyai manhaj (metode) ilmiah yang terperinci dalam setiap fase pemikirannya yaitu manhaj salaf ahlus sunnah wal jama'ah. Yang kedua,  mempunyai kemampuan berdebat yang ditunjang dengan penguasaan yang berpengaruh terhadap sunnah, asar, dan khabar. Yang ketiga, mempunyai hujjah (argumentasi) yang berpengaruh dalam setiap fatwanya. Yang keempat, mempunyai perilaku yang tegas dalam dilema yang dia anggap benar berdasarkan bukti.11 
Kesabaran, ketekunan dan keuletan al-Albāniy dalam dakwah maupun penelitian hadis mendapat kebanggaan dari para ulama, bahkan para ulama menyebutnya sebagai mujaddid masa ini. Rasulullah SAW bersabda:

إن الله َََيَبْعَثُ لهذه اﻷمةِ على رﺃس كل مائة سنة من يجدد لها دينها

"Sesungguhnya Allah mengutus kepada umat ini pada setiap seratus tahun seorang mujaddid yang memperbaharui urusan agama mereka"12      

albaniy  lantaran lahir di Albania tepatnya di Asyqudarah  Biografi Muhammad Nashiruddin Al-albani  - Profil Hidup

a.    Guru Muhammad Nashiruddin Al-albani

Meskipun al-Albāniy bukanlah ulama lulusan sebuah akademi tinggi namun bukan berarti dia tidak mempunyai guru yang menghantarkannya menjadi seorang pakar hadis. Dalam kenyataannya al-Albāniy mempunyai guru yang pakar dibidang hadis bahasa, juga ihwal fiqih.
Di antara para guru al-Albāniy13 adalah:
  1. Haji Nūh Najati (ayah al-Albāniy), kepadanya dia mencar ilmu al-Qur'ān beserta tajwidnya, dan sekilas ihwal fiqh Hanafi.
  2. Syaikh Sa'īd al-Burhāniy, kepadanya dia mencar ilmu kitab "Marāqi΄ al-Falāh", beberapa kitab hadis dan ilmu balaghah.
  3. Syaikh Ragib al-Ţabbakh. Darinya al-Albāniy memperoleh ijazah riwayat.

Al-Albaniy yaitu salah seorang tokoh yang telah menghabiskan seluruh isi hidupnya untuk menuntut ilmu, mengajar dan berdakwah. Dengan demikian dia tidak hanya mempunyai puluhan anak didik bahkan ratusan, meski terdapat perbedaan di antara mereka baik masa, subyek maupun metode pengambilan ilmu dari beliau. Di antara mereka ada yang mengambil ilmu secara eksklusif atau melalui mediator kitab, kaset, atau yang lainnya. Namun demikian mereka mempunyai ciri yang sama berupa aqidah yang murni serta mengikuti al-Qur'an dan al-Sunnah sesuai pemahaman al-Salaf al-Şālih.

Di antara para anak didik beliau:14
  1. Ihsan Ilahi Zahir.
  2. Ahmad al-Sayyid al-Khasysyab, bermukim di Ammān Yordania.
  3. Basim Faişal Jawabirah, dosen Ilmu Hadis di Riyād. 
  4. Hijazi Muhammad Syarīf, bermukim di Mesir. Beliau mendapat kebanggaan dari Al-Albāniy sebagai seorang yang utama dalam ilmu hadis.
  5. Husain Khalid Asyisy, bermukim di Abu Dabi.
  6. Husain 'Audah al-Awayisyah, bermukim di Ammān Yordania.
  7. Hamdi 'Abdu al-Majīd al-Salafy, bermukim di Iraq.
  8. Khairuddin Wanli, seorang penyair dikenal yang berdomisili di Damaskus, Syām.
  9. Zuhair al-Syāwisy, pemilik penerbit al-Maktabah al-Islāmiy, berdomisili di Beirūt, Lebanon.
  10. Rida Na'san Mu'ţi, menantu al-Albāniy.
  11. Salim bin 'Ied al-Hilāliy, seorang da'i yang pernah berkunjung dua kali ke Indonesia tahun 1422 H dan 1423 H.
  12. 'Āşim bin 'Abdullāh al-Qaryuti, bertugas di pusat pengkajian ilmiah Madīnah al-Munawwarah.
  13. 'Abdullāh Şalih al-Ubailan, bermukim di Saudi Arabia.
  14. Abdurrahmān Albāniy, seorang pakar dalam bidang pendidikan dan dosen pada sebuah universitas di kota Riyād.
  15. 'Abdurrahmān Abduşşamad, menekuni Syaikh al-Albāniy di kota Halab, Hamah, dan lainnya.
  16. 'Izzat Khiżir, seorang yang didiberi amanat untuk memimpin pemandian mayat al-Albāniy.
  17. 'Ali bin Hasan 'Abdul Hamid al-Halabiy al-Asariy, dia telah berkunjung tiga kali ke Indonesia.
  18. Umar Sulaiman al-Asyqar, berdomisili di Yordania.
  19. Muhammad Ibrāhim Syuqrah, bermukim di Ammān Yordania.
  20. Muhammad Ahmad (Abu Laila al-Asariy), bermukim di Zarqa' Yordania.
  21. Muhammad Ibrāhim Syaibāniy, penulis kitab "Hayah al-Albāniy" dalam dua jilid, bermukim di Kuwait.
  22. Muhammad Jamil Zainu, Menekuni Syaikh al-Albāniy di kota Halab, Hamah dan Ruqah Syiria, seorang dosen di Dār al-Hadīs, Makkah al-Mukarramah.
  23. Muhammad 'Abdurrahmān al-Magrawi, mencar ilmu pada al-Albāniy di Universitas Islam Madinah, berdomisili di Maroko.
  24. Muhammad 'Ied al-Abbasi, salah seorang anak didik al-Albāniy yang paling usang mencar ilmu pada beliau, bermukim di Riyād.
  25. Muhammad Lutfi al-Sabbāg, seorang doktor dalam bidang pendidikan, bermukim di Riyād.
  26. Mahmūd Mahdi al-Istambuli, penulis kitab "Tuhfah al-Arūs" yang telah diterjemahkan dengan judul "kado pernikahan". Beliau meninggal pada tahun 1420 H/1999 M.
  27. Muhammad Mūsa Ali Naşr (Abū Anas), bermukim di Ammān Yordania. Beliau banyak menulis makalah dalam majalah "al-Aşālah". Beliau juga pernah berkunjung ke Indonesia tahun 1423.
  28. Muhammad Nāşir Tarmanini, salah seorang anak didik al-Albāniy yang dikenal di kota Halab Syiria.
  29. Muhammad Nasib al-Rifa'i, dia mencar ilmu pada al-Albāniy di kota Halab.
  30. Mahmūd Aţiyah, bermukim di Syariqah.
  31. Mustafa al-Zarbūl, bermukim di kota Ammān semenjak meletusnya perang teluk.
  32. Mustafa Ismā'īl (Abū Hasan al-Maşri al-Ma'rabi), berdomisili di Yaman.
  33. Masyhur bin Hasan Alu Salman, salah seorang anak didik al-Albāniy yang banyak mengasilkan karya tulis. Beliau bermukim di Ammān Yordania. Beliau juga pernah berkunjung ke Indonesia tahun 1423 H.
  34. Muqbil bin Hādi al-Wādi'iy, mencar ilmu pada Al-albaniy di Universitas Islam Madinah, dia meninggal di Makkah al-Mukarramah tahun 1422 H.
  35. Walid Muhammad Nabih Saif Naşr (Abū Khalīd), berdomisili di Qatar. Beliau mentahqiq kitab "Al-Syari'ah" karya Imam Ajurri.
  36. Mahfūż Rahmān Zainullah, meninggal di Uni Emirat Arab.


Sebagai seorang pecinta ilmu, al-Albāniy banyak menulis karya-karya seputar hadis maupun seputar dilema fiqih. Karya-karya tersebut selalu diiringi dengan takhrij, ataupun tahqīq, syarh, dan tanqīh atas hadis-hadis yang ada di dalamnya lantaran dia memang seorang yang berkompeten di bidang ilmu hadis. Beliau juga menjadi rujukan para ulama, dosen-dosen dan para penuntut ilmu. Mereka menemui dia dari banyak sekali belahan dunia untuk menimba pelajaran dari ilmu beliau.15

Karya Al-albaniy ada sekitar 218 judul yang mengatakan ketekunan dia dalam ilmu, di antaranya ada yang telah dicetak dan beredar di tengah kaum muslimin dan ada pula yang masih berupa manuskrip.

Karya Muhammad Nashiruddin Al-albani yang sudah dicetak: 
  1. Ādāb al-Zifāf fi al-Sunnah al-muţahharah, (adab–adab perkawinan berdasarkan Sunnah Rasulullah SAW yang suci)
  2. Ahkāmu al-Janāiz (hukum-hukum pengaplikasian jenazah).
  3. Āyāt Bayyināt fi ‘Adami Sama’ al-Amwāt ‘alā Mażhab al-Hanafiyah al-Sādāt (bukti-bukti yang mengambarkan bahwa orang mati tidak mendengar berdasarkan madzhab Hanafi); merupakan karya Imam al-Alusi ra yang diteliti dan ditakhrij hadis-hadisnya oleh Al-albaniy .
  4. Al-Ajwibah al-Nāfi’ah ‘an As'ilah Lajnah Masjid al-Jāmi'ah (beberapa jawabanan atas pertanyaan Lajnah Masjid al-Jamiah)
  5. Al-Ihtijāj bi al-Qadar (Berhujah dengan Takdir ketentuan Allah) karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, ditahqiq oleh Al-albaniy .
  6. Irwā al-Galīl fi Takhrīj Ahādīs Manāri al-Sabīl. (kumpulan hadis-hadis kitab Manārus Sabīl); karya dia dalam delapan jilid beserta satu jilid indek hadis.
  7. Islahu al-Masājid min al-Bida’i wa al-‘Awāid; karya Imam al-Qasimi yang di-takhrij hadis-hadisnya beserta tasumsi beliau.
  8. Igāsatu al-Lahafan min Maşāyidi al-Syaiţān; karya Imam Ibnu Qayyim al-Jauziah yang di-takhrij hadisnya.
  9. Iqtidā’ al-‘Ilmi wa al-‘amal; karya al-Khatib al-Bagdādi yang diteliti kembali  dan di-takhrij hadis-hadisnya serta dikomentari.
  10. Al-Ikmāl fi Asmā’ al-Rijāl; karya imam al-Tibrizi yang di-tahqiq.
  11. Al-Limān; karya imam Abu Bakar bin Abi Syaibah yang di-tahqiq dan di-takhrij hadis-hadisnya serta dikomentari.
  12. Al-Īmān; karya imam Abu ‘Ubaid al-Qasim bin Sallam yang di-tahqiq dan di-takhrij hadis-hadisnya serta dikomentari.
  13. Al-Ba’īs al-Hasīs Syarh Ikhtişar Ulūm al-Hadīs; karya Imam Ahmad Syakir yang di-tahqiq dalam dua jilid.
  14. Bidāyatu al-Su'ul fi Tafdīl al-Rasūl; karya Imam al-Izz bin Abdus-Salam yang di-tahqiq dan di-takhrij hadis-hadisnya.
  15. Ta'sīsu al-Ahkām Syarh Bulūgul Marām; karya Syaikh Ahmad bin Yahya al-Najmi yang di-ta’liq. Jilid pertama telah dicetak.
  16. Tahżīru al-Sājid min ittikhāżi al-Qubūr masājid (peringatan bagi orang yang menjadikan kuburan sebagai masjid).
  17. Tahqīq Ma’na al-Sunnah; karya Sulaiman al-Nadwi yang di-takhrij hadis-hadisnya.
  18. Takhrīj Ahādīs Fadā’il al-Syam wa Dimasq; karya Imam al-Rib’i.
  19. Takhrīj Ahādīs Kitāb Musykilah al-Faqri karya Yusuf Qardhawi.
  20. Al-Ta’qīb ‘alā Risālah al-Hijāb; karya Abul A’la al-Maududi yang dia komentari.
  21. Al-Ta’liqatu al-Radiyah 'alā al-Raudah al-Nadiyyah; karya Siddiq Hasan Khan yang dia ta’liq.
  22. Al-Tankīl bi-mā fī Ta’nib al-Kausari min al-Abaţil; karya al-‘Allamah ‘Abdurrahman al-Mu’allimi yang dia tahqiq dan tanggapi dalam dua jilid.
  23. Jilbāb al-Mar’ah al-Muslimah (Jilbab perempuan Muslimah).
  24. Hijāb al-Mar’ah wa libāsuha fi al-Şalah (Hijab seorang perempuan dalam shalat); karya Ibnu Taimiyyah yang dia takhrij, tahqiq dan ta'liq.
  25. Hajjatu al-Nabiy SAW Kamā Rawāha 'anhu Jabīr wa rawāha 'anhu Siqāt Aşhābihi al-Akābir (Manasik Haji Rasulullah SAW berdasarkan riwayat Jabir dan para sahabat terkemuka).
  26. Al-Hadīs Hujjah Binafsihi fi al-aqā’id wa al-ahkām (Hadis Nabi SAW yaitu hujjah bagi ‘aqidah dan hukum).
  27. Al-Hadīs al-Nabawiy; karya Muhammad al-Sabāg yang dia takhrij.
  28. Huqūqu al-Nisā’ fi al-Islām; karya Syaikh Muhammad Rasyid Ridha yang dia ta’liq.
  29. Haqīqatu al-Syiyām (Hakikat Puasa); karya Ibnu Taimiyyah yang dia takhrij hadis-hadisnya.
  30. Difā' 'an al-Hadīs al-Nabiy wa al-Sirah fi al-Raddi 'alā Jahalāt al-Duktūr al-Buţi fi Fiqhi al-Sirah (Pembelaan terhadap hadis Nabi dan sejarah, sebagai bantahan atas kejahilan doktor al-Buţi dalam memahami sejarah perjalanan Rasulullah saw)
  31. Al-Żabbu al-Ahmad 'an Musnad al-Imām Ahmad (Pembelaan yang terpuji atas kitab Musnad Imam Ahmad bin Hambal)
  32. Al-Raddu 'alā Arsyad al-Salafiy (Bantahan terhadap saudara Arsyad al-Salafi)
  33. Al-Raddu 'alā al-Ta'qīb al-Hasīs (Bantahan terhadap kitab Ta'qib al-Hasis karya al-Habsyiy al-Harari)
  34. Al-Raddu 'alā Syaikh Ismā'īl al-Anşāriy fi Mas'alah al-Żahab al-Muhallaq.
  35. Al-Syihab al-Saqib fi Żammi al-Khalīl wa al-Sahib; karya Imam al-Suyuti yang dia takhrij hadis-hadisnya Raf'u al-Asār Li Ibţal Adillati al-Qā'ilina Bi Fana'I al-Nār (Menyingkap tabir-tabir dalam upaya membatalkan argumentasi orang-orang yang beropini bahwa neraka itu tidak kekal- karya Imam al-San'ani)
  36. Mentakhrij kitab "Riyādu al-Şālihīn" karya Imam al-Nawawi.
  37. Su'āl wa Jawāb Haula Fiqhi al-Wāqi' (Tanya jawaban seputar memahami realita umat)
  38. Silsilah al-Ahādīs al-Şahīhah wa Syai'un min Fiqhiha wa Fawā'idiha (Kumpulan hadis-hadis sahih beserta fiqihnya)
  39. Silsilah al-Ahādīs al-Da'īfah wa al-Maudū'ah wa Asaruha al-Sayyi'I al-Ummah (Kumpulan hadis-hadis da'if hadis-hadis tiruan serta jawaban negatifnya terhadap ummat)
  40. Syarhu al-'Aqīdah al-Tahāwiyah; karya Imam Ibnu Abi al-'Izz al-Hanafi yang dia takhrij hadis-hadisnya.
  41. Şahīh Ibnu Huzaimah, karya Imam Ibnu Khuzaimah yang dia takhrij dan baca kembali.
  42. Sahīh al-Adāb al-Mufrad, karya Imam al-Bukhari.
  43. Şahīh al-Targīb wa al-Tarhīb, berjumlah tiga jilid.
  44. Şahīh al-Jāmi' al-Sagīr wa Ziyādatuhu, berjumlah dua jilid.
  45. Şahīh Sunan Ibnu Mājah, dua jilid.
46)    Şahīh Sunan Abū Dāwud, tiga jilid.
47)    Şahīh Sunan al-Tirmīzi, tiga jilid.
48)    Şahīh Sunan al-Nasā'i, tiga jilid.
49)    Mukhtaşar Şahīh Muslim.
50)    Al-Mugni 'an Hamli al-Aşfār fi al-Aşfār, karya al-Iraqi yang dia ta'liq dan takhrij.
51)    Mawāridi al-Suyūţiy fi al-Jāmi' al-Şagīr.

Biografi Muhammad Nashiruddin Al-albani - Profil Hidup
Advertisement

Iklan Sidebar